Rukun Iman keempat yang harus diimani oleh setiap mukmin adalah beriman kepada
para Nabi dan Rasul utusan Allah. Diutusnya Rasul merupakan nikmat yang sangat
agung. Kebutuhan manusia terhadap diutusnya Rasul melebihi kebutuhan manusia
terhadap hal-hal lain. Untuk itu, kita tidak boleh salah dalam meyakini
keimanan kita kepada utusan Allah yang mulia ini. Berikut adalah penjelasan
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan iman kepada Nabi dan Rasul.
Dalil-Dalil Kewajiban Beriman Kepada Para Rasul
Terdapat banyak dalil yang menunjukkan wajibnya beriman kepada para Rasul, di
antaranya adalah firman Allah Ta'ala,
"Akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari
kiamat, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi" (QS. Al Baqarah: 177)
Persamaan Nabi dan Rasul adalah :
1. Nabi dan Rasul sama-sama utusan Allah yang diberi wahyu oleh Allah,
berdasarkan firman Allah,
" Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasul pun dan tidak (pula)
seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai suatu keinginan ..." (QS. Al
Hajj:52).
Dalam ayat ini Allah membedakan antara nabi dan rasul, namun menjelaskan kalau
keduanya merupakan utusan Allah.
2. Nabi dan rasul sama-sama diutus untuk menyampaikan syariat.Nabi dan rasul ada yang diturunkan kepadanya kitab, ada pula yang
tidak.
3. Nabi dan rasul sama-sama diutus untuk menyampaikan syariat.Nabi dan rasul ada yang diturunkan kepadanya kitab, ada pula yang
tidak.
Perbedaan Nabi dan Rasul :
1. Nabi diberi wahyu untuk disampaikan kepada kaum yang sudah bertauhid
atau untuk diamalkan bagi dirinya sendiri, sebagaimana dalam sebuah hadist,
"Dan akan datang Nabi yang tidak memiliki satu pun pengikut".
Sedangkan rasul
diutus untuk menyampaikan syariat kepada kaum yang menyelisihinya.
2. Nabi mengikuti syariat sebelumnya yang sudah ada,
sedangkan Rasul terkadang mengikuti syariat sebelumnya -seperti Yusuf yang diutus untuk
kaumnya dengan syariat yang dibawa oleh Ibrahim dan Ya'qub- dan terkadang
membawa syariat baru. (Diringkas dari Syarh al 'Aqidah Ath Thahawiyah Syaikh
Sholeh Alu Syaikh, hal 227-234)
3. Para Nabi dan Rasul Mengajarkan Agama yang Satu
Seluruh Nabi mengajarkan agama yang satu, walaupun mereka memiliki
syariat-syariat yang berbeda. Allah Ta'ala berfirman,
" Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-
Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah
Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa yaitu : Tegakkanlah agama dan
janganlah kamu berpecah belah tentangnya.. "(QS. Asy Syuuraa:13)
" Wahai para rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal
yang shaleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu dan
Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku" (QS. Al Mu'minun:51-52)
Nabi shalallahu 'alaihi wa salaam bersabda, " Sesungguhnya seluruh nabi
memiliki agama yang satu, dan para nabi adalah saudara" (Muttafaqun 'alaih).
Agama seluruh para Nabi adalah satu, yaitu agama Islam. Allah tidak akan
menerima agama selain Islam. Yang dimaksud dengan islam adalah berserah diri
kepada Allah dengan mentauhidkan- Nya, tunduk kepada Allah dengan mentaatinya,
dan menjauhkan diri dari perbuatan syirik dan orang-orang musyrik. (Al Irsyaad
ilaa Shahiihil I'tiqaad hal 159-160).
Mendustakan Satu = Mendustakan Semuanya
Kewajiban seorang mukmin adalah beriman bahwa risalah para Rasul adalah
benar-benar dari Allah. Barangsiapa mendustakan risalah mereka, sekalipun hanya
salah seorang di antara mereka, berarti ia telah mendustakan seluruh para
rasul. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta'ala :
" Kaum Nabi Nuh telah mendustakan para Rasul" (QS. Asy Syu'araa':105)
Dalam ayat in Allah menilai tindakan kaum Nuh sebagai pendustaan kepada para
rasul yang diutus oleh Allah, padahal ketika diutusnya Nuh belum ada seorang
Rasulpun selain Nabi Nuh 'alaihis salaam. Berdasarkan hal ini maka orang-orang
Nasrani yang mendustakan Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan tidak mau
mengikuti beliau berarti mereka telah mendustakan Al Masih bin Maryam (Nab Isa
'alaihis salaam) dan tidak mengikuti ajarannya. (Syarhu Ushuulil Iman hal 34-35)
Mengimani Nama Para Rasul
Termasuk pokok keimanan adalah kita beriman bahwa para Rasul Allah memiliki
nama. Sebagiannya diberitakan kepada kita dan sebagiannya tidak diberitakan
kepada kita. Yang diberikan kepada kita seperti Muhammad, Ibrahim, Musa, 'Isa,
dan Nuh 'alahimus shalatu wa salaam. Kelima nama tersebut adalah para Rasul
'Ulul Azmi. Allah Ta'ala telah menyebut mereka pada dua (tempat) surat di dalam
Al Quran yakni surat Al Ahzaab dan As Syuraa,
" Dan ingatlah ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu
(sendiri), dari Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa bin Maryam." (QS. Al Ahzab:7)
" Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang apa yang telah diwasiatkan- Nya
kepada Nuh dan apa yang telah kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami
wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah
kamu berpecah-belah tentangnya" (QS. Asy Syuraa:13)
Adapun terhadap para Rasul yang tidak kita ketahui nama-namanya, kita beriman
secara global. Allah Ta'ala berfirman,
" Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara
mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang
tidak Kami ceritakan kepadamu" (QS. Al Mukmin:78). (Syarhu Ushuulil Iman,hal 35)
Para Rasul Pemberi Kabar Gembira Sekaligus Pemberi Peringatan
Allah mengutus para Rasul untuk menyampaikan kabar gembira sekaligus memberikan
peringatan. Ini merupakan salah satu dari hikmah diutusnya para rasul kepada
manusia. Maksud menyampaikan kabar gembira adalah menyebutkan pahala bagi orang
yang taat, sekaligus memberikan peringatan kemudian mengancam orang yang
durhaka dan orang kafir dengan kemurkaan dan siksa Allah. Allah Ta'ala
berfirman,
" (Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi
peringatan agar tidak ada lagi alasan bagi manusia membantah Allah sesudah
diutusnya rasul-rasul itu" (QS. An Nisaa' 165).
Ayat ini merupakan dalil bahwa tugas para Rasul ialah memberikan kabar gembira
bagi siapa saja yang mentaati Allah dan mengikuti keridhaan-Nya dengan
melakukan kebaikan. Dan bagi siapa yang menentang perintah-Nya dan mendustakan
para rasul-Nya akan diancam dengan hukum dan siksaan. (Husuulul Ma'muul bi
Syarhi Tsalaatsatil Ushuulhal 195-196)
Nuh yang Pertama, Muhammad Penutupnya
Termasuk keyakinan Ahlus sunnah adalah beriman bahwasanya Rasul yang petama
diutus adalah Nuh 'alaihis salaam dan yang terakhir adalah Muhammad shallallahu
'alaihi wa sallam. Dalil yang menunjukkan bahwa Nuh adalah Rasul pertama adalah
firman Allah,
" Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah
memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya." (An Nisaa':163)
Para ulama berdalil dengan ayat ini bahwa Nuh adalah rasul pertama. Sisi
pendalilannya adalah dari kalimat "dan nabi-nabi yang kemudiannya". Jika ada
rasul sebelum Nuh tentunya akan dikatakan dalam ayat ini.
Adapun dalil dari sunnah adalah sebuah hadist shahih tentang syafa'at, ketika
manusia (pada hari kiamat) mendatangi Nabi Adam untuk meminta syafaat, beliau
berkata kepada mereka,
"Pergilah kalian kepada Nuh, karena ia adalah rasul
pertama yang diutus ke muka bumi".
Maka mereka pun mendatangi Nuh dan berkata:
"engkau adalah rasul pertama yang diutus ke bumi." (Muttafaqun 'alaihi). Hadist
ini merupakan dalil yang paling kuat menunjukkan bahwa Nuh adalah rasul
pertama. Dan Nabi Adam sendiri menyebutkan bahwa Nuh sebagai Rasul pertama di
atas muka bumi. (Husuulul Ma'muul bi Syarhi Tsalaatsatil Ushuulhal 196-197)
Sedangkan Rasul yang terakhir adalah Muhammad sholallahu 'alaihi wa salaam.
Dalilnya adalah firman Allah Ta'ala.
" Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara
kalian, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup para Nabi. Dia adalah Allah
Maha Mengetahui segala sesuatu" (QS. Al Ahzab:40).
Rasulullah sholallahu 'alaihi wa salaam bersabda,
"Aku adalah penutup para Nabi, dan beliau berkata :' Tidak ada Nabi sesudahku". Hal ini melazimkan
berakhirnya diutusnya para Rasul, karena berakhirnya yang lebih umum (yakni
diutusnya Nabi) melazimkan berakhirnya yang lebih khusus (yakni diutusnya
Rasul). Makna berakhirnya kenabian dengan kenabian Muhammad yakni tidak adanya
pensyariatan baru setelah kenabian dan syariat yang dibawa oleh Muhammad
shallallahu 'alaihi wa sallam. (Al Irsyaad ilaa Shahiihil I'tiqaad hal 173).
Buah Manis Iman yang Benar Terhadap Para Rasul
Keimanan yang benar terhadap para Rasul Allah akan memberikan faedah yang
berharga, di antaranya adalah:
1. Mengetahui akan rahmat Allah dan perhatian-Nya kepada manusia dengan
mengutus kepada mereka para Rasul untuk memberi petunjuk kepada mereka kepada
jalan Allah dan memberikan penjelasan kepada mereka bagaimana beribadah kepada
Allah karena akal manusia tidak dapat menjangkau hal tersebut.
2. Bersyukur kepada Allah atas nikmat yang sangat agung ini.
3. Mencintai para Rasul,, mengagungkan mereka , serta memberikan pujian
yang layak bagi mereka. Karena mereka adalah utusan Allah Ta'ala dan senantiasa
menegakkan ibadah kepada-Nya sertamenyampaikan risalah dan memberikan nasehat
kepada para hamba. (Syarhu Ushuuill Iman hal 36)
Semoga Allah Ta'ala senantiasa menetapkan hati kita kepada keimanan yang benar.
Washolallahu 'alaa Nabiyyina Muhammad.
Artikelnya bermanfaat kak, ini saya jga punya artikel tentang Perbedaan Nabi dan Rasul, semoga bisa saling melengkapi
ReplyDeletePerbedaan Nabi dan Rasul